Rabu, 17 April 2013

Segaris Rindu



Sebuah buku besar di tentengnya kemana-mana, gadis berkaca mata dengan lesung pipi yang begitu manis saat tersenyum itu adalah mahasiswi sastra inggris di sebuah universitas swasta di tanggerang, dia gadis yang pintar dan pandai bergaul. Cerita ini dimulai darinya. Sebut saja dia aliya, teman sekelasku dulu saat masih duduk di bangku SMA. Dia anak pertama dari keluarga sederhana, orangnya supel, dengan pawakan  tinggi dan kulit coklat sawo mateng, dia selalu menenteng kamus besar itu kemana-mana, ke kantin, kemushola, terkecuali ke wc deh kayanya. Sepanjang aku meneganlnya, ada sedikit iri yang selalu ku simpan dihati. Dia gadis yang pintar, murah senyum, banyak teman dan dia paling cepat beradap tasi dengan lingkungan barunya. Dulu kami selalu pulang bersama, karna kami memang dekat. Dia gadis yang pintar dan dia aktif dalam setiap organisasi yang dia ikuti. Kadang aku iri, tapi banyak keterbatasan yang aku miliki saat itu.

Dua tahun berlalu kini kita tlah berbeda, aku memandangnya, ada rasa yang begitu menyesakkan dada kala itu, kini ia tlah berubah, ia nampak berbeda. Lagi-lagi aku harus berkata iri. Saat ku memandangnya, berbicara denganya, yah, banyak yang berubah darinya, gaya bicaranya saja pun berbeda. Jilbab panjang yang terulur menutupi dadanya, baju dan rok panjang yang lebar itu membuat dia tampak lebih anggun. Subkhanaallah dia begitu cantik. Pertemuan singkat di liburan lebaran kali ini, sungguh berbeda. Dia yang dulu nampak cantik dengan jilbab pendek dan kaos ketat, kini bagai pidadari-pidadari dunia persis seperti diartikel-artikel yang sering aku baca. hingga  kini Libur panjang telah usai, saatnya aku kembali keperantauan. Tempat yang katanya aku menunut ilmu.


Pagi itu langit jakarta begitu cerah, biru nya langit begitu indah, sugguh maha besar Allah. Pagi itu aku berjalan dengan jantung yang berdebar. Aku yang sudah merasa, di semester lalu tidak belajar dengan optimal. Benar saja, seperti yang sudah ku perkirakan, aku malu, malu pada diri.
Aku bagai mimpi di siang bolong, tapi untungnya, ini bukan aku yang dulu yang sealu semuanya kulaporkan pada mamaku.”Kali ini aku aman”, yah aman. Walau sungguh ada rasa menyesal. Setelah melihat nilaiku yang jeblog di semesteri ini. Selesai mengambil nilai, seperti tak berdosa,  aku tak langsung pulang kekosanku, aku berjalan-jalan dengan teman dekatku kesebuah pusat perbelajaan di jakarta timur, hari ini hari yang takan ku lupakan dalam hidupku.

Aku yang sedang asik memilih baju kala itu. Tiba-tiba ada tangan yang nenepuk pundakku, aku menoleh begitu kagetnya, saat yang kulihat adalah dia. DIa tersenyum sambil mengucapkan salam.
“assalamualaikum...” kata gadis berkaca mata itu.
kalimat itu terasa berbeda ditelingaku. Seperti begitu ku rindu. Aku tersenyum memandangnya.
“waalaikum salam,.... aliya.... sedang apa kamu...”  lantas dia langsung memeluku.
Dari situ perbincangan kami dimulai, kami berempat duduk sambil menyantap maka siang kami. Aliya dan temanya yang sama-sama meneganakn jilbab panjang berwarna coklat itu nampak begitu tenang dan anggun, kami banyak tertawa kala mengingat masa SMA kami dulu, banyak tingkah konyol yang kami lakukan dulu di bangku Sma. Arina teman dekatku dan zakiyah teman aliya pun ikut tertawa mendengar cerita kami. Kini saatnya kami berpisah, selembar tulisan alamat lengkap kosanku tak lupa ku berikan padanya saat sebelum kita berpisah. waktu berjalan tersa begitu cepat.

Malam ini begitu berbeda. Aku membuka ijazah itu, nampak foto di ijazah SMA ku, bahkan dulu aku tak mau melepas jilbabku, untuk sekedar berfoto, untuk selembar ijazah ini. ada apa dengaku. Ku tengok lagi KHS yang baru saja ku ambil tadi pagi, nilai apa ini. Ya Allah ternyata selama ini aku telah tidur terlalu lama. Nilai ini begitu memprihatinkan. Lalu ku pandang lagi jejeran tulisan yang terpampang di ding-ding kamar kosan ku ini. “lulus, bekerja, berkarir, menikah” hanya begitukah cita-citaku, Allah ampuni aku. Setetes air mengalir dari sudut mataku, apa tujuanku datang kekota ini apa tujuan hidupku sebenarnya. Ku buka lembar demi lembar buku harianku yang tersimpan di lemari bajuku, sebuah foto lusuh terjatuh tak sengaja. Ada mama, kedua adekku, dan aku, Itu foto kami dulu, rasanya sudah lama aku tak memandang foto ini. Aku tersenyum, memeluk foto itu, malam ini aku tekadkan. Bisamillah.. awalan yang selalu ku ucap saat ku ingin melakukan sesuatu. Ku copot jejeran tulisan didingding kamarku, ku ganti dengan tulisanku yang baru. Menatap cermin itu tiba-tiba aku malu, celana jens dan baju ketat, dengan krudung pendek dan transparan inikah yang selama ini kukenakan. Aku tak bisa menahan tangisku.


Pagi ini terasa berbeda. Aku mulai nyaman dengan pakaian yang kukenakan dari subuh tadi. Ku membuka pintu kosanku, berdiri gadis berambut panjang dengan bando berwarna ungu itu di depan pintu.
“zah looo......, WAUUOOWW” arina nampak kaget dengan penampilan baruku.
“kenapa rin, aku cantikkan..?” kataku sambil menggandeng tangannya menuju motor metik kesayangannya.
“hmmmm...” dia hanya menghembuskan nafas panjangnya sambi tersenyum.
Aku tersenyum, banyak harapan yang dulu ku tulis di dalam buku harianku, harapan mama, aku, dan kedua adekku. Ku mulai pagi ini dengan sesuatu yang baru. Aku mencoba menjadi diriku yang seperti dulu. Bismillah semoga Allah meridhoi setiap langkahku dan aku bisa menggapai cita-cita kami, kedepannya. Yah karna aku tau kami takan selamanya hidup didunia, kelak, setiap hembusan nafas kami, akan dimintai pertanggung jawaban oleh Nya. Aamiin.

 #nyambung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar